Keylie
masih menyusuri trotoar dengan langkah kaki yang begitu terburu-buru, yang
mengakibatkan tas biola yang dijinjingnya terayun ke depan dan ke belakang.
Setiap langkah kakinya, Keylie melihat jam tangan di tangan kirinya dengan
mimik muka yang tampak khawatir. Keylie sudah berniat untuk membeli busur baru
untuk biolanya pada sore hari ini sepulang dari les. Tapi dengan mendadak guru
les Keylie memberikan tambahan waktu les biola kepadanya. Setelah sekitar 6
menit Keylie berjalan, akhirnya tibalah dia di sebuah toko alat-alat musik.
Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, tapi tidak biasanya toko alat
musik ini masih terbuka lebar dan terlihat cukup ramai. Terdengar suara
dentingan piano yang sedang memainkan lagu Paparazzi. Semakin Keylie masuk
kedalam toko, maka akan semakin jelas alunan ritme piano yang sungguh
membuatnya terkagum-kagum akan permainan pianonya. Segerombolan orang terlihat
antusias mengerubungi satu titik. Dititik itulah ada yang menjadi pusat
perhatian, yaitu seseorang yang sedang fokus memainkan lagu milik Lady Gaga
tersebut. Dalam benak Keylie, pasti yang sedang memainkan piano tersebut adalah
seorang gadis cantik yang anggun. Namun, yang dilihatnya bukanlah seorang gadis
cantik yang memakai sebuah gaun berwarna cerah yang menunjukkan sifat
feminimnya, melainkan seorang pria remaja dengan pakaian yang formal namun
semakin membuatnya terlihat maskulin. Keylie masih tidak begitu percaya dengan
apa yang dilihatnya. Keylie jatuh hati kepada permainan piano pria tersebut dan
ah ya, tentu saja Keylie juga mengagumi akan piano pria itu yang dipenuhi
dengan banyak tulisan dengan berbagai macam jenis font.
Keylie
masih didalam toko walaupun ia sudah membeli busur yang baru. Keylie berniat untuk
tidak langsung pulang kerumah karena ia masih ingin melihat-lihat piano yang
sekitar 20 menit yang lalu mampu membuat heboh seisi toko. “Kau ingin membeli
piano ini?” Tanya seorang pria tiba-tiba yang membuat Keylie terlonjak kaget.
Tentu saja Keylie ingin membeli piano ini! Siapa yang tidak menginginkan piano
unik nan elegan ini ada dirumah. “Haha tidak. Aku hanya ingin melihat-lihat
saja.” Keylie sadar, ia bukanlah orang yang dapat memainkan berbagai macam alat
musik, apalagi piano. Keylie hanyalah seorang gadis pemain biola dan selamanya
akan begitu.
“Ah,
lagipula piano ini tidak akan aku jual.” Pria itu menjawab dengan sakartis,
lalu ia tertawa akan leluconnya yang sontak membuat Keylie mengerutkan
keningnya bingung. “Permainan pianomu yang tadi itu keren sekali! Aku ingin
bisa bermain piano seperti kau.” “Greyson, kau bisa memanggilku Greyson. Siapa
namamu?” Keylie mengerutkan keningnya lagi ketika pria itu tidak merespon
pernyataannya dengan yang semestinya. Pria itu justru mengulurkan
tangannya layaknya ingin berkenalan. “Keylie Janneris. Tapi kau cukup
memanggilku Keylie.” Keylie pun membalas uluran tangan pria itu yang telah
diketahuinya bernama Greyson Michael Chance.
“Setelah
aku melihat kau bermain piano, aku jadi tertarik ingin bisa memainkan piano.”
Keylie berjalan memutari piano tersebut. Mengamatinya secara lamat-lamat
disetiap lekukan bagiannya. “Aku bisa mengajarimu.” Keylie terhenti dari
aktifitasnya yang tadi. Ia tidak yakin dengan apa yang dikatakan Greyson.
“Apakah ini sebuah lelucon lagi?” Greyson melepaskan tawanya yang membuat
Keylie mendengus panjang karena lelucon Greyson yang sama sekali tidak lucu.
“Tentu saja tidak. Aku akan sangat senang bisa membantu mengajari kau bermain
piano.” Keylie belum memberikan ekspresi apapun, setelah beberapa detik
berlalu, ia merekahkan senyumannya selebar-lebarnya yang ia bisa. Greyson pun
ikut merekahkan senyuman, seolah-olah senyuman Keylie mengajaknya untuk ikut
tersenyum. “Kau ingin kuantar pulang? Sepertinya akan turun hujan.” Keylie mengangguk
setuju setelah beberapa menit ia terdiam untuk berpikir. “Apakah mobilmu juga
di penuhi dengan tulisan-tulisan isi curahan hatimu seperti pada pianomu itu?”
Keylie melontarkan lelucon kepada Greyson. Dan pada detik berikutnya mereka
berdua tertawa sangat lepas layaknya seperti 2 orang sahabat yang sudah saling
mengenal lama satu sama lain.
*****
Hari
ini masih sama. Keylie masih menjalankan rutinitas sorenya dengan les piano
yang sudah digelutinya hampir 4 tahun ini. Tapi hari ini berbeda dengan hari
kemarin. Les akan selesai pada jam yang normal karena tidak ada tambahan waktu.
Hari ini menjadi tambah berbeda karena Keylie ingin belajar piano bersama
Greyson dirumahnya.
Tak
perlu menunggu lama, Greyson akhirnya datang untuk menjemput Keylie.
Sebelumnya, mereka sudah saling menghubungi via sms. “JADI KAU AKAN MENGADAKAN
SEBUAH KONSER TUNGGAL BIOLA?” ucap Greyson keras-keras tak percaya. Kini mereka
berdua sedang di dalam mobil menuju rumah Greyson. “Kau ini terlalu
berlebihan.” Keylie heran, mengapa Greyson terlalu heboh dalam menanggapi
cerita tentang konser biola yang akan digelar 2 minggu mendatang. “Kau harus
memberikanku tiket VIP secara cuma-cumaaaaa.” Melihat ekspresi wajah Greyson,
membuat Keylie ingin meledeknya. “Kau akan mendapatkan tiket VIP ketika konser
sudah selesai.” Keylie tertawa dengan puasnya sedangkan Greyson merenggutkan
bibirnya kesal. “Apa kau tidak ingat dengan Hukum 3 Newton?”
Keylie menghentikan tawanya ketika Greyson bertanya tentang Hukum yang ada
didalam ilmu Fisika itu. Karena Keylie jarang memerhatikan gurunya disaat
pelajaran Fisika, maka tidak heran jika Keylie tidak bisa menjawabnya. “Kau ini
di kelas tidak pernah memerhatikan guru ya?” Greyson membuang nafas panjang
lalu menoleh ke Keylie yang berada disebelah kanannya. “Hukum itu mengatakan
jika ada aksi maka ada reaksi.” Jelas Greyson dengan serius tetapi Keylie sama
sekali tidak tertarik dengan percakapan ini. “Lalu?” Tanya Keylie tanpa
memandang Greyson, melainkan memfokuskan matanya pada kuku-kukunya yang di
kutek berwarna putih transparan. “Itu berarti kau harus memberikanku tiket VIP!
Maka aku akan mengajari kau bermain piano.” Keylie tiba-tiba mencubit lengan
Greyson yang sontak membuat Greyson meringis kesakitan. “Huh, kau kan sudah
berjanji ingin mengajariku! Lagipula, itu berarti kau mengharapkan imbalan
setelah kau membantu aku!” Tangan Keylie masih mencubit lengan Greyson, sampai
pada akhirnya dilepas juga saat Greyson meminta maaf kepadanya.
*****
Greyson
berusaha untuk menahan tawanya agar 2 gelas minuman yang sedang dibawanya tidak
tumpah ke lantai. Jika minumannya tumpah maka ia akan menyalahkannya ke Keylie.
Karena Greyson sangat ingin tertawa melihat Keylie menekan tuts-tuts pada piano
secara asal yang menghasilkan nada-nada sumbang yang tidak enak didengar. Namun
walaupun begitu, Greyson tetap memakluminya.
Setelah
menaruh gelas di meja kecil, Greyson menempatkan diri pada kursi yang juga
ditempati oleh Keylie. Tanpa dikomando, tangan greyson meraih tangan Keylie,
menaruh tangannya diatas tangan Keylie dan jari-jari-nya pun ikut menyamakan.
Seketika Keylie menoleh ke Greyson karena kaget, tapi Greyson hanya
menyunggingkan sebuah senyuman. Dengan perlahan, Greyson membimbing jari-jari
Keylie untuk menari-nari diatas tuts yang berwarna putih dan hitam itu. Tak
jarang mereka saling pandang untuk beberapa detik. Mengagumi manisnya senyuman
tulus satu sama lain. Sampai akhirnya, selesailah permainan piano mereka.
Keylie tampak sangat senang, dan begitu juga dengan Greyson.
*****
Terhitung
sudah satu minggu Keylie berlatih piano, dan kini Keylie sedang memainkan
sebuah intro dari lagu Fire menggunakan piano milik Greyson. Mata Keylie tetap
terfokus pada tuts piano yang berjumlah 88 itu. Greyson bertepuk tangan
antusias ketika Keylie berhasil menyelesaikan permainan pianonya dengan baik.
Lantas Keylie menundukkan kepalanya supaya menutupi pipinya yang telah berwarna
merah tomat itu. “Aku ingin melihat kamu bermain biola.” Dalam seminggu ini
Keylie sudah berkali-kali melihat Greyson bermain piano, namun tidak dengan
Greyson, ia sama sekali belum pernah melihat Keylie bermain biola. Keylie
beranjak dari kursinya untuk mengambil biolanya tanpa mengucap sepatah katapun.
Greyson tak melepaskan tatapannya dari Keylie yang sedang memainkan sebuah
instrument biola.
*****
“Aku
bukan Keylie. Aku tidak bisa memainkan biola. Harus berapa kali aku bilang
kalau aku bukan Keylie?!!” Greyson menggenggam erat kedua tangan Keylie,
menatap wajahnya dengan perasaan berkecamuk.
“Kau
Keylie! Kau Keylie Janneris. Kau bisa memainkan biola. Dan 2 hari lagi kau akan
mengadakan konser biola. Kau harus mempercayai aku, Keylie.”
Keylie
berusaha memberontak melepaskan genggaman tangannya dari Greyson. Pandangannya
kosong menatap lurus kedepan. “Tidak, itu bukan aku! Keylie tidak buta seperti
aku. Keylie bisa melihat semua indahnya ciptaan tuhan, tidak seperti aku yang
buta dan lemah.”
“Aku
bukan Keylie yang kau maksud, aku Keylie yang buta dan lemah, Keylie yang tidak
mempunyai bakat bermain biola, Keylie yang tidak akan mengadakan konser
yang kau maksud itu karena aku buta, aku buta, aku tidak bisa melihat apa-apa.
Bagaimana bisa aku bermain biola tanpa melihat?! Itu tidak mungkin bisa.” Suara
Keylie melemah. Bibirnya terus bergetar selagi kening dan telapak tangannya
bercucuran keringat. Matanya yang membengkak tidak bisa menghentikan air mata
yang keluar membasahi pipinya yang berwarna pucat.
“Key,
kau Keylie Janneris, dan selamanya akan begitu. Kau tetap bisa bermain biola
seperti biasanya. Kau tetap bisa membuat penonton terkagum akan permainan
biolamu nanti, walaupun kau tidak bisa melihat, walaupun kau tidak bisa melihat
bagaimana ekspresi wajah mereka setelah konsermu selesai. Tapi tuhan tidak akan
menciptakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Tuhan menciptakan hati untuk
merasakan selagi matamu tidak bisa berfungsi. Kau harus bisa bermain biola
tanpa matamu, andalkan hatimu, perasaanmu dan itu akan mendapatkan hasil yang
jauh lebih baik. Kau masih bisa merasakan penonton tersenyum bangga kepada
kamu. Kau harus yakini itu Key. Aku tau, kau masih belum bisa menerima
kenyataan ini, tapi apakah kau ingat? Kau mempunyai 2 orang penonton yang
sangat spesial. Kedua orangtuamu. Tidakkah kau ingin membuatnya bahagia? Aku
tau kau bisa Key, kau hanya belum terbiasa dengan ini semua.”
Tawaran
pelukan Greyson disambut baik oleh Keylie. Lantas Keylie menangis di bahu
Greyson tanpa peduli air matanya akan membasahi baju Greyson. Tangan Greyson
mengusap lembut punggung Keylie yang tertutupi oleh rambut coklat panjangnya.
Gerakan lembut tersebut tentu akan membuat Keylie merasa lebih baik.
*****
Setelah
melalui guncangan batin yang hebat, Keylie tengah berdiri disini sekarang. Berdiri
diatas panggung yang megah yang dibagian sisi kanannya terdapat biola yang
sudah dipersiapkan yang akan dimainkan oleh Keylie. Ratusan penonton akan
memenuhi dibagian kursi penonton beberapa menit lagi. Greyson datang
menghampiri Keylie, ia langsung menggamit tangannya dengan tangan kanan Keylie.
“Penonton tidak akan kecewa dengan permainan biola dikonsermu nanti, tapi
mereka akan kecewa disaat kamu tidak ada untuk bermain biola pada saat
konsermu.” Ucap Greyson memandang lurus kedepan tanpa memandang kearah Keylie.
“Terimakasih, aku minta, kau tetap bersamaku sampai kapanpun walaupun sekarang
aku telah berbeda.” “Tentu.” Mereka berdua tersenyum, sesekali Greyson mencuri
pandang untuk melihat lekukan senyuman dibibir Keylie.
Keylie
sudah siap dengan gaun selutut yang berwarna peach, yang
semakin membuatnya terlihat sangat cantik. Beberapa hiasan rambut tertata rapi
di rambut Keylie yang dibiarkan terurai di punggungnya. Polesan make-up terakhir
sudah selesai diberikan. Dengan perasaan berkecamuk, Keylie berjalan dengan
pasti menuju panggung. Tepukkan tangan penonton mengisi seluruh atmosfer gedung
ketika Keylie sampai di panggung. Kedua orangtua Keylie, saudara dan Greyson
duduk dibagian depan kursi penonton. Keylie menghembuskan nafasnya, memejamkan
kedua matanya sejenak untuk berdoa. Seorang kru membantu mengambilkan biola
untuk Keylie. Biola yang berwarna kecoklatan yang terbuat dari kayu spruce itu telah
berada di bahu Keylie. Dagunya menempel pada penyangga dagu yang ada di sebelah
kiri ekor biola. Tangan kanannya mencengkram erat busur biola yang dibelinya
dua minggu yang lalu. Perlahan, terdengar sebuah alunan instrument yang membuat
seluruh penonton membisukan diri. Keylie masih menggesekkan biolanya dengan
mengandalkan tuntunan perasaan hatinya. Semakin lama ritme biola yang
dihasilkan semakin cepat, melukiskan semua perasaannya terhadap peristiwa yang
terjadi selama dua minggu terakhir. Semua indra yang dimiliki penoton bekerja
keras selagi Keylie menunjukkan bakatnya yang luar biasa. Tepuk tangan penonton
tumpah ruah disaat Keylie menyelesaikan permainan biolanya dengan saat baik.
Kedua orangtua Keylie menitikkan air mata karena terharu melihat anaknya mampu
menyelesaikan konser biolanya. Greyson berusaha menahan dirinya untuk tidak
berlari menghampiri Keylie untuk memeluk tubuhnya. Detakkan jantung Keylie
bertambah cepat ketika ia bisa merasakan kedua orang tuanya tersenyum bangga,
ia juga merasakan seluruh penonton memberikan senyuman tulus kepadanya. Keylie
sudah tidak sabar ingin menemui Greyson, memeluk tubuhnya, berterimakasih
kepadanya karena dialah yang membuat dirinya bangkit dari keterpurukan tempo
hari yang lalu, dialah yang membuat dirinya percaya, ikhlas, kuat, dan konser
menjadi sukses. Keylie membungkukkan tubuhnya memberi penghormatan kepada
penonton sebelum ia pergi meninggalkan panggung.
“Mom,
Greyson dimana? Aku ingin bicara dengannya.” “Greyson sudah pamit untuk pulang
sayang.” Keylie mengendurkan pelukan dengan momnya. Anne masih terus mengelus
rambut anaknya sambil berjalan menuju mobil untuk pulang. Didalam mobil Keylie
terdiam memandang keluar kaca mobil. Dipikirannya, terbesit jika Greyson akan
pergi meninggalkannya dan tidak akan pernah menemuinya lagi. Bagaimana bisa dia
mengingkari janjinya yang telah disepakati bersama beberapa jam yang lalu?
Ingin rasanya Keylie menumpahkan tangisannya di kamarnya bersama boneka beruang
bewarna coklat pemberian ayahnya.
Keylie
berjalan masuk kerumah dengan sisa tenaga yang masih dimilikinya. Bertarung
dengan hati dan pikiran membuatnya sangat lelah. Otaknya masih sibuk memikirkan
tentang Greyson.
Sayup-sayup
terdengar suara dentingan piano mengarah ke rumah Keylie yang sedang memainkan
sebuah lagu yang liriknya sudah tak asing lagi di telinga Keylie.
Another day we will
survive
Another day is worth to
fight
Today we will rise
We will, walk the
rainbow and
Take over the sky
Don’t let them change
you
No…
Cause you’re beautiful
Just like a purple sky
Semakin
kakinya melangkah mendekati pintu rumahnya maka semakin jelas dentingan itu terdengar,
semakin ia mengingat betul akan sebuah lirik lagu yang berjudul Purple Sky yang
Greyson ciptakan spesial untuk Keylie. Sebuah lagu yang Greyson nyanyikan
sebelum Keylie terjatuh karena dampak pening hebat di kepalanya disaat sedang
menyanyi dan membaca lirik lagu tersebut. Sebelum Keylie terbaring tak sadarkan
diri di rumah sakit. Sesudah Keylie berpikir bahwa dunianya menjadi gelap
gulita.
Greyson
menghentikan permainan pianonya ketika ia mengetahui Keylie sudah berdiri tepat
dibelakangnya. Greyson menggenggam kedua jemari tangan Keylie, memeluk tubuhnya
yang mungil secara sekilas dan menggenggam kembali tangan Keylie. “Mulai malam
ini, piano aku menjadi milikmu. Milik kita. Milik anak-anak kita dimasa depan
nanti.” Tubuh Keylie membeku, mulutnya terpaku membisu, kakinya tak kuat lagi
menopang tubuhnya, mendengar perkataan Greyson barusan. Greyson mendekap lebih
erat lagi tubuh Keylie dan membisikkan sesuatu di telinga Keylie. “Even you can’t see
how beautiful a blue sky but you still can feel how wonderful a purple sky with
your heart.”
saya baca dulu :D
BalasHapus