Facebook  Twitter  Instagram Yahoo

Sabtu, 28 September 2013

PURPLE SKY




        Keylie masih menyusuri trotoar dengan langkah kaki yang begitu terburu-buru, yang mengakibatkan tas biola yang dijinjingnya terayun ke depan dan ke belakang. Setiap langkah kakinya, Keylie melihat jam tangan di tangan kirinya dengan mimik muka yang tampak khawatir. Keylie sudah berniat untuk membeli busur baru untuk biolanya pada sore hari ini sepulang dari les. Tapi dengan mendadak guru les Keylie memberikan tambahan waktu les biola kepadanya. Setelah sekitar 6 menit Keylie berjalan, akhirnya tibalah dia di sebuah toko alat-alat musik. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, tapi tidak biasanya toko alat musik ini masih terbuka lebar dan terlihat cukup ramai. Terdengar suara dentingan piano yang sedang memainkan lagu Paparazzi. Semakin Keylie masuk kedalam toko, maka akan semakin jelas alunan ritme piano yang sungguh membuatnya terkagum-kagum akan permainan pianonya. Segerombolan orang terlihat antusias mengerubungi satu titik. Dititik itulah ada yang menjadi pusat perhatian, yaitu seseorang yang sedang fokus memainkan lagu milik Lady Gaga tersebut. Dalam benak Keylie, pasti yang sedang memainkan piano tersebut adalah seorang gadis cantik yang anggun. Namun, yang dilihatnya bukanlah seorang gadis cantik yang memakai sebuah gaun berwarna cerah yang menunjukkan sifat feminimnya, melainkan seorang pria remaja dengan pakaian yang formal namun semakin membuatnya terlihat maskulin. Keylie masih tidak begitu percaya dengan apa yang dilihatnya. Keylie jatuh hati kepada permainan piano pria tersebut dan ah ya, tentu saja Keylie juga mengagumi akan piano pria itu yang dipenuhi dengan banyak tulisan dengan berbagai macam jenis font.
        Keylie masih didalam toko walaupun ia sudah membeli busur yang baru. Keylie berniat untuk tidak langsung pulang kerumah karena ia masih ingin melihat-lihat piano yang sekitar 20 menit yang lalu mampu membuat heboh seisi toko. “Kau ingin membeli piano ini?” Tanya seorang pria tiba-tiba yang membuat Keylie terlonjak kaget. Tentu saja Keylie ingin membeli piano ini! Siapa yang tidak menginginkan piano unik nan elegan ini ada dirumah. “Haha tidak. Aku hanya ingin melihat-lihat saja.” Keylie sadar, ia bukanlah orang yang dapat memainkan berbagai macam alat musik, apalagi piano. Keylie hanyalah seorang gadis pemain biola dan selamanya akan begitu.
        “Ah, lagipula piano ini tidak akan aku jual.” Pria itu menjawab dengan sakartis, lalu ia tertawa akan leluconnya yang sontak membuat Keylie mengerutkan keningnya bingung. “Permainan pianomu yang tadi itu keren sekali! Aku ingin bisa bermain piano seperti kau.” “Greyson, kau bisa memanggilku Greyson. Siapa namamu?” Keylie mengerutkan keningnya lagi ketika pria itu tidak merespon pernyataannya dengan yang semestinya.  Pria itu justru mengulurkan tangannya layaknya ingin berkenalan. “Keylie Janneris. Tapi kau cukup memanggilku Keylie.” Keylie pun membalas uluran tangan pria itu yang telah diketahuinya bernama Greyson Michael Chance.
        “Setelah aku melihat kau bermain piano, aku jadi tertarik ingin bisa memainkan piano.” Keylie berjalan memutari piano tersebut. Mengamatinya secara lamat-lamat disetiap lekukan bagiannya. “Aku bisa mengajarimu.” Keylie terhenti dari aktifitasnya yang tadi. Ia tidak yakin dengan apa yang dikatakan Greyson. “Apakah ini sebuah lelucon lagi?” Greyson melepaskan tawanya yang membuat Keylie mendengus panjang karena lelucon Greyson yang sama sekali tidak lucu. “Tentu saja tidak. Aku akan sangat senang bisa membantu mengajari kau bermain piano.” Keylie belum memberikan ekspresi apapun, setelah beberapa detik berlalu, ia merekahkan senyumannya selebar-lebarnya yang ia bisa. Greyson pun ikut merekahkan senyuman, seolah-olah senyuman Keylie mengajaknya untuk ikut tersenyum. “Kau ingin kuantar pulang? Sepertinya akan turun hujan.” Keylie mengangguk setuju setelah beberapa menit ia terdiam untuk berpikir. “Apakah mobilmu juga di penuhi dengan tulisan-tulisan isi curahan hatimu seperti pada pianomu itu?” Keylie melontarkan lelucon kepada Greyson. Dan pada detik berikutnya mereka berdua tertawa sangat lepas layaknya seperti 2 orang sahabat yang sudah saling mengenal lama satu sama lain.


*****
        Hari ini masih sama. Keylie masih menjalankan rutinitas sorenya dengan les piano yang sudah digelutinya hampir 4 tahun ini. Tapi hari ini berbeda dengan hari kemarin. Les akan selesai pada jam yang normal karena tidak ada tambahan waktu. Hari ini menjadi tambah berbeda karena Keylie ingin belajar piano bersama Greyson dirumahnya.
        Tak perlu menunggu lama, Greyson akhirnya datang untuk menjemput Keylie. Sebelumnya, mereka sudah saling menghubungi via sms. “JADI KAU AKAN MENGADAKAN SEBUAH KONSER TUNGGAL BIOLA?” ucap Greyson keras-keras tak percaya. Kini mereka berdua sedang di dalam mobil  menuju rumah Greyson. “Kau ini terlalu berlebihan.” Keylie heran, mengapa Greyson terlalu heboh dalam menanggapi cerita tentang konser biola yang akan digelar 2 minggu mendatang. “Kau harus memberikanku tiket VIP secara cuma-cumaaaaa.” Melihat ekspresi wajah Greyson, membuat Keylie ingin meledeknya. “Kau akan mendapatkan tiket VIP ketika konser sudah selesai.” Keylie tertawa dengan puasnya sedangkan Greyson merenggutkan bibirnya kesal. “Apa kau tidak ingat dengan Hukum 3 Newton?” Keylie menghentikan tawanya ketika Greyson bertanya tentang Hukum yang ada didalam ilmu Fisika itu. Karena Keylie jarang memerhatikan gurunya disaat pelajaran Fisika, maka tidak heran jika Keylie tidak bisa menjawabnya. “Kau ini di kelas tidak pernah memerhatikan guru ya?” Greyson membuang nafas panjang lalu menoleh ke Keylie yang berada disebelah kanannya. “Hukum itu mengatakan jika ada aksi maka ada reaksi.” Jelas Greyson dengan serius tetapi Keylie sama sekali tidak tertarik dengan percakapan ini. “Lalu?” Tanya Keylie tanpa memandang Greyson, melainkan memfokuskan matanya pada kuku-kukunya yang di kutek berwarna putih transparan. “Itu berarti kau harus memberikanku tiket VIP! Maka aku akan mengajari kau bermain piano.” Keylie tiba-tiba mencubit lengan Greyson yang sontak membuat Greyson meringis kesakitan. “Huh, kau kan sudah berjanji ingin mengajariku! Lagipula, itu berarti kau mengharapkan imbalan setelah kau membantu aku!” Tangan Keylie masih mencubit lengan Greyson, sampai pada akhirnya dilepas juga saat Greyson meminta maaf kepadanya.


*****
        Greyson berusaha untuk menahan tawanya agar 2 gelas minuman yang sedang dibawanya tidak tumpah ke lantai. Jika minumannya tumpah maka ia akan menyalahkannya ke Keylie. Karena Greyson sangat ingin tertawa melihat Keylie menekan tuts-tuts pada piano secara asal yang menghasilkan nada-nada sumbang yang tidak enak didengar. Namun walaupun begitu, Greyson tetap memakluminya.
        Setelah menaruh gelas di meja kecil, Greyson menempatkan diri pada kursi yang juga ditempati oleh Keylie. Tanpa dikomando, tangan greyson meraih tangan Keylie, menaruh tangannya diatas tangan Keylie dan jari-jari-nya pun ikut menyamakan. Seketika Keylie menoleh ke Greyson karena kaget, tapi Greyson hanya menyunggingkan sebuah senyuman. Dengan perlahan, Greyson membimbing jari-jari Keylie untuk menari-nari diatas tuts yang berwarna putih dan hitam itu. Tak jarang mereka saling pandang untuk beberapa detik. Mengagumi manisnya senyuman tulus satu sama lain. Sampai akhirnya, selesailah permainan piano mereka. Keylie tampak sangat senang, dan begitu juga dengan Greyson.


*****
        Terhitung sudah satu minggu Keylie berlatih piano, dan kini Keylie sedang memainkan sebuah intro dari lagu Fire menggunakan piano milik Greyson. Mata Keylie tetap terfokus pada tuts piano yang berjumlah 88 itu. Greyson bertepuk tangan antusias ketika Keylie berhasil menyelesaikan permainan pianonya dengan baik. Lantas Keylie menundukkan kepalanya supaya menutupi pipinya yang telah berwarna merah tomat itu. “Aku ingin melihat kamu bermain biola.” Dalam seminggu ini Keylie sudah berkali-kali melihat Greyson bermain piano, namun tidak dengan Greyson, ia sama sekali belum pernah melihat Keylie bermain biola. Keylie beranjak dari kursinya untuk mengambil biolanya tanpa mengucap sepatah katapun. Greyson tak melepaskan tatapannya dari Keylie yang sedang memainkan sebuah instrument biola.


*****
        “Aku bukan Keylie. Aku tidak bisa memainkan biola. Harus berapa kali aku bilang kalau aku bukan Keylie?!!” Greyson menggenggam erat kedua tangan Keylie, menatap wajahnya dengan perasaan berkecamuk.
        “Kau Keylie! Kau Keylie Janneris. Kau bisa memainkan biola. Dan 2 hari lagi kau akan mengadakan konser biola. Kau harus mempercayai aku, Keylie.”
        Keylie berusaha memberontak melepaskan genggaman tangannya dari Greyson. Pandangannya kosong menatap lurus kedepan. “Tidak, itu bukan aku! Keylie tidak buta seperti aku. Keylie bisa melihat semua indahnya ciptaan tuhan, tidak seperti aku yang buta dan lemah.”
        “Aku bukan Keylie yang kau maksud, aku Keylie yang buta dan lemah, Keylie yang tidak mempunyai bakat bermain biola, Keylie  yang tidak akan mengadakan konser yang kau maksud itu karena aku buta, aku buta, aku tidak bisa melihat apa-apa. Bagaimana bisa aku bermain biola tanpa melihat?! Itu tidak mungkin bisa.” Suara Keylie melemah. Bibirnya terus bergetar selagi kening dan telapak tangannya bercucuran keringat. Matanya yang membengkak tidak bisa menghentikan air mata yang keluar membasahi pipinya yang berwarna pucat.
        “Key, kau Keylie Janneris, dan selamanya akan begitu. Kau tetap bisa bermain biola seperti biasanya. Kau tetap bisa membuat penonton terkagum akan permainan biolamu nanti, walaupun kau tidak bisa melihat, walaupun kau tidak bisa melihat bagaimana ekspresi wajah mereka setelah konsermu selesai. Tapi tuhan tidak akan menciptakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Tuhan menciptakan hati untuk merasakan selagi matamu tidak bisa berfungsi. Kau harus bisa bermain biola tanpa matamu, andalkan hatimu, perasaanmu dan itu akan mendapatkan hasil yang jauh lebih baik. Kau masih bisa merasakan penonton tersenyum bangga kepada kamu. Kau harus yakini itu Key. Aku tau, kau masih belum bisa menerima kenyataan ini, tapi apakah kau ingat? Kau mempunyai 2 orang penonton yang sangat spesial. Kedua orangtuamu. Tidakkah kau ingin membuatnya bahagia? Aku tau kau bisa Key, kau hanya belum terbiasa dengan ini semua.”
        Tawaran pelukan Greyson disambut baik oleh Keylie. Lantas Keylie menangis di bahu Greyson tanpa peduli air matanya akan membasahi baju Greyson. Tangan Greyson mengusap lembut punggung Keylie yang tertutupi oleh rambut coklat panjangnya. Gerakan lembut tersebut tentu akan membuat Keylie merasa lebih baik.


*****
        Setelah melalui guncangan batin yang hebat, Keylie tengah berdiri disini sekarang. Berdiri diatas panggung yang megah yang dibagian sisi kanannya terdapat biola yang sudah dipersiapkan yang akan dimainkan oleh Keylie. Ratusan penonton akan memenuhi dibagian kursi penonton beberapa menit lagi. Greyson datang menghampiri Keylie, ia langsung menggamit tangannya dengan tangan kanan Keylie. “Penonton tidak akan kecewa dengan permainan biola dikonsermu nanti, tapi mereka akan kecewa disaat kamu tidak ada untuk bermain biola pada saat konsermu.” Ucap Greyson memandang lurus kedepan tanpa memandang kearah Keylie. “Terimakasih, aku minta, kau tetap bersamaku sampai kapanpun walaupun sekarang aku telah berbeda.” “Tentu.” Mereka berdua tersenyum, sesekali Greyson mencuri pandang untuk melihat lekukan senyuman dibibir Keylie.
        Keylie sudah siap dengan gaun selutut yang berwarna peach, yang semakin membuatnya terlihat sangat cantik. Beberapa hiasan rambut tertata rapi di rambut Keylie yang dibiarkan terurai di punggungnya. Polesan make-up terakhir sudah selesai diberikan. Dengan perasaan berkecamuk, Keylie berjalan dengan pasti menuju panggung. Tepukkan tangan penonton mengisi seluruh atmosfer gedung ketika Keylie sampai di panggung. Kedua orangtua Keylie, saudara dan Greyson duduk dibagian depan kursi penonton. Keylie menghembuskan nafasnya, memejamkan kedua matanya sejenak untuk berdoa. Seorang kru membantu mengambilkan biola untuk Keylie. Biola yang berwarna kecoklatan yang terbuat dari kayu spruce itu telah berada di bahu Keylie. Dagunya menempel pada penyangga dagu yang ada di sebelah kiri ekor biola. Tangan kanannya mencengkram erat busur biola yang dibelinya dua minggu yang lalu. Perlahan, terdengar sebuah alunan instrument yang membuat seluruh penonton membisukan diri. Keylie masih menggesekkan biolanya dengan mengandalkan tuntunan perasaan hatinya. Semakin lama ritme biola yang dihasilkan semakin cepat, melukiskan semua perasaannya terhadap peristiwa yang terjadi selama dua minggu terakhir. Semua indra yang dimiliki penoton bekerja keras selagi Keylie menunjukkan bakatnya yang luar biasa. Tepuk tangan penonton tumpah ruah disaat Keylie menyelesaikan permainan biolanya dengan saat baik. Kedua orangtua Keylie menitikkan air mata karena terharu melihat anaknya mampu menyelesaikan konser biolanya. Greyson berusaha menahan dirinya untuk tidak berlari menghampiri Keylie untuk memeluk tubuhnya. Detakkan jantung Keylie bertambah cepat ketika ia bisa merasakan kedua orang tuanya tersenyum bangga, ia juga merasakan seluruh penonton memberikan senyuman tulus kepadanya. Keylie sudah tidak sabar ingin menemui Greyson, memeluk tubuhnya, berterimakasih kepadanya karena dialah yang membuat dirinya bangkit dari keterpurukan tempo hari yang lalu, dialah yang membuat dirinya percaya, ikhlas, kuat, dan konser menjadi sukses. Keylie membungkukkan tubuhnya memberi penghormatan kepada penonton sebelum ia pergi meninggalkan panggung.
        “Mom, Greyson dimana? Aku ingin bicara dengannya.” “Greyson sudah pamit untuk pulang sayang.” Keylie mengendurkan pelukan dengan momnya. Anne masih terus mengelus rambut anaknya sambil berjalan menuju mobil untuk pulang. Didalam mobil Keylie terdiam memandang keluar kaca mobil. Dipikirannya, terbesit jika Greyson akan pergi meninggalkannya dan tidak akan pernah menemuinya lagi. Bagaimana bisa dia mengingkari janjinya yang telah disepakati bersama beberapa jam yang lalu? Ingin rasanya Keylie menumpahkan tangisannya di kamarnya bersama boneka beruang bewarna coklat pemberian ayahnya.
        Keylie berjalan masuk kerumah dengan sisa tenaga yang masih dimilikinya. Bertarung dengan hati dan pikiran membuatnya sangat lelah. Otaknya masih sibuk memikirkan tentang Greyson.
        Sayup-sayup terdengar suara dentingan piano mengarah ke rumah Keylie yang sedang memainkan sebuah lagu yang liriknya sudah tak asing lagi di telinga Keylie. 
Another day we will survive
Another day is worth to fight
Today we will rise
We will, walk the rainbow and
Take over the sky
Don’t let them change you
No…
Cause you’re beautiful
Just like a purple sky

        Semakin kakinya melangkah mendekati pintu rumahnya maka semakin jelas dentingan itu terdengar, semakin ia mengingat betul akan sebuah lirik lagu yang berjudul Purple Sky  yang Greyson ciptakan spesial untuk Keylie. Sebuah lagu yang Greyson nyanyikan sebelum Keylie terjatuh karena dampak pening hebat di kepalanya disaat sedang menyanyi dan membaca lirik lagu tersebut. Sebelum Keylie terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit. Sesudah Keylie berpikir bahwa dunianya menjadi gelap gulita.
        Greyson menghentikan permainan pianonya ketika ia mengetahui Keylie sudah berdiri tepat dibelakangnya. Greyson menggenggam kedua jemari tangan Keylie, memeluk tubuhnya yang mungil secara sekilas dan menggenggam kembali tangan Keylie. “Mulai malam ini, piano aku menjadi milikmu. Milik kita. Milik anak-anak kita dimasa depan nanti.” Tubuh Keylie membeku, mulutnya terpaku membisu, kakinya tak kuat lagi menopang tubuhnya, mendengar perkataan Greyson barusan. Greyson mendekap lebih erat lagi tubuh Keylie dan membisikkan sesuatu di telinga Keylie. “Even you can’t see how beautiful a blue sky but you still can feel how wonderful a purple sky with your heart.”

1 komentar: